Mereka adalah orang-orang berbahaya, sering berdiri sebagai lawan dengan tujuan masing-masing. Bukan jenis persahabatan yang lazim, bukan pula persaudaraan cengeng mengikat. Akan tetapi lebih menyerupai rekan seperjuangan dengan harga diri. Itu, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dimengerti para ksatria yang telah melewati pertarungan bersama. Masing-masing memiliki senjata mematikan. Maka bayangkanlah jika mereka tidak pernah bersatu?
Assosiasi Budjang Lapok, terbentuk secara tidak di sengaja. Ketika cerita itu disajikan, waktu melambat perlahan. Di suatu malam penuh bintang di sebuah lepau nasi, seorang lelaki jalan berlengak-lengok menggunakan sebuah syal. Bayangkan menggunakan syal di negeri tropis! dan di lepau nasi! Bayangkan betapa kuat kepercayaan diri orang ini. Seseorang tertawa mengejek, Laksamana Chen. Pemuda dengan syal menantang mendatangi, beberapa orang merapat. Terjadi dialog, diakhiri dengan jabat tangan. Pemuda bersyal itu kelak dikenal sebagai Tuan Takur, dan sekeliling mereka satu persatu adalah Barbarossa, Mister Big, Tabib Pong, Santiago, Penyair, Profesor Gahul dan Amish Khan. Mas Jaim kelak bergabung belakangan. Embrio pun dientaskan, mungkin diantara mereka sebelumnya sudah bertemu dipersimpangan sejarah kehidupan akan tetapi itulah awal cikal-bakal Assosiasi Budjang Lapok sebagai organisasi terbentuk. Dan itu dua tahun yang lalu.